Kamis, 12 Juni 2014

cerpen

Masa - Masa SMA
Ini cerita semasa SMA. Masa yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku menempuh pendidikan di tempat yang sedikit berbeda. Aku menempuh pendidikan di pesantren. Kebanyakan orang berfikir bahwa dunia pesantren itu tertutup dari pergaulan. Apa yang mereka kira itu salah. Pesantren tempat aku menempuh pendidikan berbeda dengan pesantren yang lainnya. Pesantren tempatku menempuh pendidikan tidak tertutup dari pergaulan. Disini banyak pelajar dari luar negeri. Ada yang dari Malaysia dan ada yang berasal dari Afrika.
Kalian belum tau namaku ya? Aku ga akan kasih tau kalian nama asliku siapa. Kalian panggil saja aku Abeng. Aku punya beberapa sahabat. Roby biasa dipanggil Bob, Fadel dipanggil Ahong dan Vitro dipanggil Congor.
Pagi ini aku dan teman-temanku tidak mau beranjak dari tempat tidur. Kami masi merasa lelah setelah mengubah dekorasi kamar seharian. “Beng kita mau ke masjid ga? Anak-anak disterham pasti lagi muter.” Seketika aku menoleh ke arah sahabatku bob. “Aduh bob gue males banget bob. Masi capek bgt gue bob.”. “Kalau kita ga ke masjid terus ketauan anak disterham kita pasti kena hukum beng. Gue males kenak hukuman.” Aku hanya diam mendengarkan ucapan sahabatku itu. “Kita ngumpet aja di bangker. Ga bakal ketauan sama anak disterham.”, ucap Ahong sahabatku yang lainnya. “Boleh tuh hong. Bob , hong buruan bangunin bocah-bocah.”
Semua warga kamar sudah bangun dan kami semua bergegas menuju bangker yang terletak di teras kamar mandi kamar kami. Bangker ini sudah bagaikan kamar kedua bagi kami. Walaupun tempatnya kecil, tapi tempat ini terasa nyaman bagi kami semua. Kami berusaha tidak mengeluarkan suara sedikitpun, supaya anak-anak disterham tidak mengetahui keberadaan kami disini.
Kalian pasti bingung dari tadi ada istilah Disterham. Disterham itu adalah istilah buat bagian keamanan di pesantren kami. Bisa di bilang Disterham itu kumpulan anak-anak yang menegakkan keamanan di tempat ini. Mereka selalu melakukan pengecekkan ke seluruh penjuru pesantren saat mau dia adakan shalat berjamaah. Dan mereka juga menghukum para siswa yang melanggar peraturan disini.
Para anggota disterham sudah pergi dari asrama kami. Sudah banyak siswa yang kembali ke kamarnya masing-masing. Kamipun kembali ke dalam kamar setelah berhasil bersembunyi dari anak-anak disterham.
“Bob, gue pengen jadi anggota Disterham nih.”, ucapku pada bob sambil merapihkan tempat tidurku. “Lo mau jadi anak disterham beng? Kitakan masi kelas 2 SMA, kalau jadi anak disterhamkan harus kelas 3 SMA beng.”, ucap bob sambil memandangku. “Iya gue tau bob. Bentar lagikan kita naik kelas 3 bob. Lo juga maukan jadi anak disterham. Bocah juga maukan.”, ucapku sambil melanjutkan merapihkan tempat tidurku.
Beberapa bulan kemudiaan. Kami sudah naik kelas, yang berarti kami sudah kelas 3 SMA. Dan kami semua sudah mendaftarkan diri menjadi anggota disterham. Kami juga sudah melewati beberapa ujian untuk menjadi anggota disterham.
Kamarku dalam keadaan sepi dan tiba-tiba, “woiii kita keterima jadi anggota disterham nih!”, ucap Ahong sambil menunjukkan kertas pengumuman. “wah beng kewujud juga harapan lo jadi anggota disterham.”, ucap ahong sambil menepuk pundakku. Menjadi anggota disterham merupakan sebuah kebanggan bagiku. Karena menjadi anggota disterham harus menanggung tanggung jawab yang besar untuk menegakkan keamanan di lingkungan sekolah.
Sekarang setelah menjadi anggota disterham setiap mendekati waktu shalat kami selalu berkeliling untuk mengecek apakah masih ada siswa yang berkeliaran dan belum menuju masjid untuk melakukan shalat berjamaah. Hingga suatu pagi dimana saat aku dan congor duduk berdua di pinggir jalan dan serombongan siswa jalan melewati kami.
Mereka berjalan dengan santainya. Mereka tidak memperhatikan kami yang duduk di pinggir jalan. Dan mereka tidak menyadari bahwa kami adalah anggota disterham. Aku yang tadinya menundukkan kepala langsung melihat ke arah mereka saat mereka lewat di depanku. Dan aku berkata “mau kemana kalian?”. Mereka semua serentak melihat ke arah kami dan langsung menunduk ketakutan. “Sini baris di depan gue. Dan jangan ada yang nunduk.”, ucap congor. “Mau kemana kalian? Inikan waktunya shalat berjamaah di masjid.”, ucapku kepada mereka. Mereka semua memberikan alasan yang berbeda. Dan ada satu alasan yang membuatku semakin kesal.
Akhirnya mereka semua kami bawa ke ruang disterham yang berada di sekat masjid. “Gung, nih anak-anak yang gue temuin di jalan mau ke gedung serbaguna. Mereka tadi kabur dari shalat berjamaah.”, ucapku kepada Agung yang menjabat sebagai ketua disterham. “Lo yang mergokin mereka beng? Kalau gitu lo aja yang urusin. Gue mau ke kamar dulu.”, ucap Agung sambil meninggalkan ruangan.
“Okey, ketua disterham uda nyerahin ke gue. Sekarang kalian pilih tangan atau sajadah?”, ucapku di hadapan mereka semua. Mereka semua dengan kompak menjawab “Sajadah aja ka”. “Bener kalian semua milih sajadah. Yaudah kalau itu kemauan kalian semua.”, ucapku sambil mengambil sajadah yang berada di atas meja. Hukuman sudah berlangsung dan mereka berjanji tidak akan melanggar peraturan lagi.
Sering aku dan para sahabatku tertawa di dalam kamar ketika kami bercerita tentang kejadian selama kami menjadi anggota disterham. “Lucu ya, dulu kita yang sering melanggar dan kabur dari anak-anak disterham supaya bebas dari hukuman. Sekarang malah kita yang mencari siswa yang melanggar peraturan buat kita hukum”, ucap ahong sambil tertawa. “Kitakan uda kelas 3 hong. Uda mau lulus. Jadi kita yang jadi raja di sini.”, ucap bob. “Iya ya bob, sekarang kita uda mau lulus. Kita bakalan jarang ketemu nih.”, ucapku sambil menatap langit-langit kamarku. “Bener beng. Tapikan kita masi bisa kumpul-kumpul. Ngineplah di rumah lo.”, ucap congor. “Boleh juga idenya si congor. Nanti kalau kumpul-kumpul gue yang jadi tuan rumahnya ya.”, ucapku. Dan semua temanku dengan kompak berkata “okey bos Abeng”.
Kami semua sudah lulus SMA. Tidak terasa pendidikan kami disini sudah selesai. Setelah lulus, kami berpisah dan kembali ke tempat asal kami. Yaitu rumah orang tua kami. Sekarang sudah 3 tahun aku meninggalkan pesantren. Dan hari ini para sahabatku berkunjung ke rumah.
Kami semua berkumpul di teras rumah. Menikmati minuman dan makanan yang ibuku siapkan untuk kami semua. “Uda 3 tahun ya kita ninggalin pesantren. Rasanya belum lama gue ngumpet di bangker sama lo semua.”, ucap bob sambil mengambil kue. “Masi inget aja lo bob.”, ucapku. “Masi ingetlah beng. Gue ga akan pernah lupain masa-masa bandel kita di pesantren dulu.”, ucap bob sambil menatap kami semua.
Aku akan selalu ingat masa-masa aku menempuh pendidikan di pesantren. Masa-masa yang penuh warna. Dan aku akan selalu ingat saat aku meninggalkan pesantren gaya berpakaianku tidak ketinggalan jaman! Hahahaha


Tidak ada komentar:

Posting Komentar