Masa - Masa SMA
Ini
cerita semasa SMA. Masa yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku menempuh
pendidikan di tempat yang sedikit berbeda. Aku menempuh pendidikan di
pesantren. Kebanyakan orang berfikir bahwa dunia pesantren itu tertutup dari
pergaulan. Apa yang mereka kira itu salah. Pesantren tempat aku menempuh
pendidikan berbeda dengan pesantren yang lainnya. Pesantren tempatku menempuh
pendidikan tidak tertutup dari pergaulan. Disini banyak pelajar dari luar negeri.
Ada yang dari Malaysia dan ada yang berasal dari Afrika.
Kalian
belum tau namaku ya? Aku ga akan kasih tau kalian nama asliku siapa. Kalian panggil
saja aku Abeng. Aku punya beberapa sahabat. Roby biasa dipanggil Bob, Fadel dipanggil
Ahong dan Vitro dipanggil Congor.
Pagi
ini aku dan teman-temanku tidak mau beranjak dari tempat tidur. Kami masi
merasa lelah setelah mengubah dekorasi kamar seharian. “Beng kita mau ke masjid
ga? Anak-anak disterham pasti lagi muter.” Seketika aku menoleh ke arah
sahabatku bob. “Aduh bob gue males banget bob. Masi capek bgt gue bob.”. “Kalau
kita ga ke masjid terus ketauan anak disterham kita pasti kena hukum beng. Gue males
kenak hukuman.” Aku hanya diam mendengarkan ucapan sahabatku itu. “Kita ngumpet
aja di bangker. Ga bakal ketauan sama anak disterham.”, ucap Ahong sahabatku
yang lainnya. “Boleh tuh hong. Bob , hong buruan bangunin bocah-bocah.”
Semua
warga kamar sudah bangun dan kami semua bergegas menuju bangker yang terletak
di teras kamar mandi kamar kami. Bangker ini sudah bagaikan kamar kedua bagi
kami. Walaupun tempatnya kecil, tapi tempat ini terasa nyaman bagi kami semua. Kami
berusaha tidak mengeluarkan suara sedikitpun, supaya anak-anak disterham tidak
mengetahui keberadaan kami disini.
Kalian
pasti bingung dari tadi ada istilah Disterham. Disterham itu adalah istilah
buat bagian keamanan di pesantren kami. Bisa di bilang Disterham itu kumpulan
anak-anak yang menegakkan keamanan di tempat ini. Mereka selalu melakukan
pengecekkan ke seluruh penjuru pesantren saat mau dia adakan shalat berjamaah. Dan
mereka juga menghukum para siswa yang melanggar peraturan disini.
Para
anggota disterham sudah pergi dari asrama kami. Sudah banyak siswa yang kembali
ke kamarnya masing-masing. Kamipun kembali ke dalam kamar setelah berhasil
bersembunyi dari anak-anak disterham.
“Bob,
gue pengen jadi anggota Disterham nih.”, ucapku pada bob sambil merapihkan
tempat tidurku. “Lo mau jadi anak disterham beng? Kitakan masi kelas 2 SMA,
kalau jadi anak disterhamkan harus kelas 3 SMA beng.”, ucap bob sambil
memandangku. “Iya gue tau bob. Bentar lagikan kita naik kelas 3 bob. Lo juga
maukan jadi anak disterham. Bocah juga maukan.”, ucapku sambil melanjutkan
merapihkan tempat tidurku.
Beberapa
bulan kemudiaan. Kami sudah naik kelas, yang berarti kami sudah kelas 3 SMA. Dan
kami semua sudah mendaftarkan diri menjadi anggota disterham. Kami juga sudah
melewati beberapa ujian untuk menjadi anggota disterham.
Kamarku
dalam keadaan sepi dan tiba-tiba, “woiii kita keterima jadi anggota disterham
nih!”, ucap Ahong sambil menunjukkan kertas pengumuman. “wah beng kewujud juga
harapan lo jadi anggota disterham.”, ucap ahong sambil menepuk pundakku. Menjadi
anggota disterham merupakan sebuah kebanggan bagiku. Karena menjadi anggota
disterham harus menanggung tanggung jawab yang besar untuk menegakkan keamanan
di lingkungan sekolah.
Sekarang
setelah menjadi anggota disterham setiap mendekati waktu shalat kami selalu
berkeliling untuk mengecek apakah masih ada siswa yang berkeliaran dan belum
menuju masjid untuk melakukan shalat berjamaah. Hingga suatu pagi dimana saat
aku dan congor duduk berdua di pinggir jalan dan serombongan siswa jalan
melewati kami.
Mereka
berjalan dengan santainya. Mereka tidak memperhatikan kami yang duduk di
pinggir jalan. Dan mereka tidak menyadari bahwa kami adalah anggota disterham. Aku
yang tadinya menundukkan kepala langsung melihat ke arah mereka saat mereka
lewat di depanku. Dan aku berkata “mau kemana kalian?”. Mereka semua serentak
melihat ke arah kami dan langsung menunduk ketakutan. “Sini baris di depan gue.
Dan jangan ada yang nunduk.”, ucap congor. “Mau kemana kalian? Inikan waktunya
shalat berjamaah di masjid.”, ucapku kepada mereka. Mereka semua memberikan
alasan yang berbeda. Dan ada satu alasan yang membuatku semakin kesal.
Akhirnya
mereka semua kami bawa ke ruang disterham yang berada di sekat masjid. “Gung,
nih anak-anak yang gue temuin di jalan mau ke gedung serbaguna. Mereka tadi
kabur dari shalat berjamaah.”, ucapku kepada Agung yang menjabat sebagai ketua
disterham. “Lo yang mergokin mereka beng? Kalau gitu lo aja yang urusin. Gue mau
ke kamar dulu.”, ucap Agung sambil meninggalkan ruangan.
“Okey,
ketua disterham uda nyerahin ke gue. Sekarang kalian pilih tangan atau sajadah?”,
ucapku di hadapan mereka semua. Mereka semua dengan kompak menjawab “Sajadah
aja ka”. “Bener kalian semua milih sajadah. Yaudah kalau itu kemauan kalian
semua.”, ucapku sambil mengambil sajadah yang berada di atas meja. Hukuman sudah
berlangsung dan mereka berjanji tidak akan melanggar peraturan lagi.
Sering
aku dan para sahabatku tertawa di dalam kamar ketika kami bercerita tentang
kejadian selama kami menjadi anggota disterham. “Lucu ya, dulu kita yang sering
melanggar dan kabur dari anak-anak disterham supaya bebas dari hukuman. Sekarang
malah kita yang mencari siswa yang melanggar peraturan buat kita hukum”, ucap
ahong sambil tertawa. “Kitakan uda kelas 3 hong. Uda mau lulus. Jadi kita yang
jadi raja di sini.”, ucap bob. “Iya ya bob, sekarang kita uda mau lulus. Kita
bakalan jarang ketemu nih.”, ucapku sambil menatap langit-langit kamarku. “Bener
beng. Tapikan kita masi bisa kumpul-kumpul. Ngineplah di rumah lo.”, ucap congor.
“Boleh juga idenya si congor. Nanti kalau kumpul-kumpul gue yang jadi tuan
rumahnya ya.”, ucapku. Dan semua temanku dengan kompak berkata “okey bos Abeng”.
Kami
semua sudah lulus SMA. Tidak terasa pendidikan kami disini sudah selesai. Setelah
lulus, kami berpisah dan kembali ke tempat asal kami. Yaitu rumah orang tua
kami. Sekarang sudah 3 tahun aku meninggalkan pesantren. Dan hari ini para
sahabatku berkunjung ke rumah.
Kami
semua berkumpul di teras rumah. Menikmati minuman dan makanan yang ibuku
siapkan untuk kami semua. “Uda 3 tahun ya kita ninggalin pesantren. Rasanya belum
lama gue ngumpet di bangker sama lo semua.”, ucap bob sambil mengambil kue. “Masi
inget aja lo bob.”, ucapku. “Masi ingetlah beng. Gue ga akan pernah lupain
masa-masa bandel kita di pesantren dulu.”, ucap bob sambil menatap kami semua.
Aku
akan selalu ingat masa-masa aku menempuh pendidikan di pesantren. Masa-masa
yang penuh warna. Dan aku akan selalu ingat saat aku meninggalkan pesantren
gaya berpakaianku tidak ketinggalan jaman! Hahahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar